Lembar XXII
Oleh Fauzi As
Era digital adalah era kanibal, era yang mempermudah manusia dimangsa oleh siapa saja, ponsel pintar mirip mata samurai yang tajam pada dua sisinya ia mampu mengamputasi kedekatan dua hati, bahkan ia dapat memotong cinta kasih kita dengan anak dan istri kita, rumah tangga tiba-tiba jauh berserakan dalam kehidupan nyata.
Tak terkecuali yang sudah punya predikat sebagai kakek tua dapat dibuatnya tidak sadar bahwa waktu kita dihabiskan untuk berselingkuh dengan aplikasi kesayangan, anak yang sedang butuh-butuhnya kasih sayang dan perhatian seolah hilang tenggelam terbawa kenikmatan bercinta dalam dunia medsos dan WhatsApp Group.
Inilah Zaman yang paling menyeramkan, ketergantungan kita terhadap handphone seolah sudah melebihi ketergantungan pengguna sabu-sabu yang membuat tidak sadar para pecandunya, Handphone yang awalnya didesain sebagai alat komunikasi tiba-tiba berkembang menjadi multi fungsi, dia menjadi TV, Radio, Surat Kabar, mesin ATM, bahkan menjadil Mall tempat ibu-ibu berbelanja.
Yang lebih miris lagi aktivitas sosial pun sudah mulai beralih pada perangkat ini, permintaan maaf sudah lewat status pada media sosial, kehangatan jabat tangan menjadi hilang hambar tanpa sentuhan genggaman, melalui alat ini pintu-pintu setan tiba-tiba terbuka dengan lebarnya, laki-laki bisa dekat dengan perempuan yang belum juga dikenalnya, Handphone memangkas jarak mendekatkan yang jauh, manusia mulai hidup di dalam rumah kaca dengan pintu-pintu terbuka.
Kita solah menjadi mayat hidup, wujudnya tampak tetapi ruh emosi dan empati semakin hari semakin hilang.
Ponsel yang juga merangkum fungsi kamera seperti menyimpan mata dajjal di dalamnya, beberapa waktu yang lalu camera mata dajjal berhasil merekam perselingkuhan seorang Istri Raja, istri pejabat tinggi itu terekam bahagia seolah tanpa dosa, mata dajjal merekam dengan sempurna kemegahan kamar dua sejoli dan permaisuri yang sedang menikmati sepotong eskrim surga dengan label DPRD (Dongeng Permaisuri Rekaman Dajjal).
Opini ini adalah pesan bagi saya sendiri sebagai orang tua dan sekaligus nasehat untuk para adinda, tahun 2012 lalu saya mulai khawatir mengenai maraknya anak-anak kecil yang sudah menggunakan ponsel symbian, kekhawatiran ini bukan tanpa dasar sebab dari beberapa pengamatan Hanphone terlalu banyak menawarkan pilihan kesenangan, penyalahgunaan teknologi yang tidak pada tempatnya perkembanganya bagai banjir yang menghanyutkan pondasi moral, jika itu tidak diimbangi dengan kesadaran penggunanya maka kehancuran generasi muda sudah pasti di depan mata.
Perjudian sudah bisa dilakukan dari tempat-tempat keramaian, perbuatan maksiat dari dalam kamar sendiri bermodal paket data, bahkan perselingkuhan sekalipun bisa terjadi di depan suami dan istri.
Beginilah zaman dimana kehidupan manusia dikendalikan oleh setan kecil kehilangan rasa tidak lebih berharga dari kehabisan paket data.
Dua bulan terakhir ini saya mengamati Group Wa yang didominasi oleh siswa siswi belia, group whatsapp itu bukan group biasa tetapi group tempat bagi-bagi video pornografi produk lokal teman-temannya sendiri, dan mirisnya lagi kalau diamati anggota group rata-rata berdiskusinya dengan bahasa Madura, tidak kurang dari lima group dengan anggota berjumlah ribuan, yang dengan tanpa rasa bersalah saling tukar menukar video kesenangan.
Naluri sebagai manusia sudah dicabut seolah zombie yang diarahkan oleh perangkat ini, kisah tentang seorang teman yang sedang shalat magrib di rumahnya, membuat saya menjadi lebih yakin bahwa usia manusia dirampas secara tidak sadar, teman yang sedang shalat maghrib dan sudah berjalan dua rakaat tiba-tiba berhenti karena Hanphonenya berdering dengan bunyi sangat nyaring, shalatnya dibubarkan karena kalau sampai Istrinya yang mengangkat telephone bisa-bisa keluarganya yang bubar ;).
Begitulah hidup dalam jajahan teknologi, mari sadarkan keluarga kita dan anak-istri kita untuk dapat menggunakan handphone sebagai sarana komunikasi dan alat edukasi saja.
Tanggal Lahir : Sumenep 12 Mei 2023.