Menelisik Kandidat Koruptor Sumenep “MKKS” 

Foto: Fauzi As Pemerhati Kebijakan/CEO LaBatik/Owner MAMI MUDA

Lembar XXI

Oleh Fauzi As 

Bacaan Lainnya

 

Rasa nyeri di dada bukan karena penyakit jantung, tapi setelah tanggal 2 Mei kemarin banyak kandidat koruptor yang masih merasa percaya diri mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional, padahal mereka terdeteksi sebagai bagian dari geng mafia pendidikan di Kabupaten Sumenep.

Sumenep yang kental dengan nuansa religius dan identik dengan dunia pesantren secara perlahan mengalami degradasi moral, makin terkikisnya adab dan ilmu bisa disebabkan oleh beberapa hal, entah karena penurunan kualitas guru yang vitaminnya dilahap para bandit, atau karena anggaran Program Indonesia Pintar yang digelapkan di tengah jalan.

PIP atau Program Indonesia Pintar adalah salah satu Program unggulan dari Presiden Jokowi, di Sumenep program ini seolah hanya menjadi suplemen bagi Perampok dan vitamin bagi Mafia Pendidikan.

Tidak kurang dari empat puluh lembaga (pengakuan dari “S” koordinator geng mafia) yang menjadi korban keganasan para perampok pendidikan, salah satu contoh lembaga SDI yang berada di desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, lembaga ini terdaftar sebagai penerima bantuan PIP (Program Indonesia Pintar) yang dimaling oleh komplotan Mafia, cerita bermula saat pemilik lembaga meminta print out transaksi rekening siswa penerima PIP, Pemilik yayasan menerima laporan dari kepala sekolah, bahwa dirinya “Kepala Sekolah” dicurigai oleh wali murid,  print out dilakukan pada Bank penyalur yaitu BRI Lenteng, dari sana diperoleh data bahwa ada transaksi dana PIP yang dicairkan melalui BRI kecamatan Gapura.

Namun pemilik yayasan yang juga pengusaha ini merasa tidak puas, dia berusaha mencari tahu siapa sebenarnya perampok besar yang menjadi aktor intelektual perampokan bantuan negara untuk siswa-siswi tidak mampu ini.

Perdebatan terjadi di kantor BRI unit Lenteng, antara pemilik yayasan dengan MBM BRI cabang Sumenep berinisial “C”, “C” memberikan argumentasi bahwa BRI adalah bank dengan sistem yang susah untuk dibobol, namun jawaban itu dibantah oleh pemilik yayasan.

Kejadian itu berlanjut pada malam harinya di kediaman pemilik yayasan, setelah shalat magrib pemilik yayasan tiba-tiba didatangi orang yang tidak dikenal bernama “J” dia datang dengan membawa uang PIP sebesar 46 juta, “J” dengan wajah kusut dan takut mengakui bahwa dia diperintah oleh seseorang untuk menyerahkan titipan.

Dari “J” kemudian diperoleh nama beberapa orang termasuk “F” (inisial) Pimpinan Bank BRI Gapura, dan muncul juga nama “S” Sebagai koordinator PIP wilayah Sumenep.

“S” Sebagai tokoh sentral terindikasi merampok dana PIP tentu tidak bisa mandiri, keesokan harinya “F” Pimpinan BRI Unit Gapura juga mendatangi kediaman pemilik yayasan, intinya dia berusaha menjelaskan bahwa pembuatan rekening yang diajukan oleh “S” sudah sesuai SOP, karena merasa belum puas maka pemilik yayasan meminta agar “F” mendatangkan “S” sebagai pembuat rekening siswa penerima PIP, berselang tiga hari koordinator perampok pun datang, dari “S” diperoleh bahwa dia melakukan tindakan itu dimotori oleh Anggota DPRRI dari Fraksi Golkar, dirinya mengaku hanya melakukan itu di 40 Lembaga pendidikan,

Cerita dan Fakta mengenai sindikat perampokan Dana PIP ini tidak cukup diurai dalam satu tulisan, yang menjadi pertanyaan dari manakah “S” mendapatkan data-data siswa empat puluh lembaga pendidikan..?

Siapakah yang mengangkat “S”  menjadi koordinator Kabupaten Sumenep…?

Apakah Dinas Pendidikan tidak tahu..?

Mari simak pada tulisan berikutnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *